Mereka yang baru pertama kali datang ke kota medan biasanya akan terheran-heran dengan papan bunga yang sangat panjang apabila ada suatu perayaan. Satu papan panjangnya bisa mencapai lima meter! Akibatnya, jalan raya tempat lokasi perayaan dikepung bunga papan.”saya sendiri sangat kaget ketika pulang ke medan pada tahun 2001. Papan bunga dan kibor adalah dua hal baru yang saya temukan di kota ini,” kata sejarawan universitas negeri medan, ichwan azhari, yang sempat tinggal di jerman selama tujuh tahun.Ia sangat kaget karena ketika ia kuliah pada tahun 1980-an hingga ia pergi ke jerman pada tahun 1994, tradisi pengiriman bunga papan dengan ukuran besar itu sama sekali tidak ada. Ia menduga tradisi itu muncul sekitar akhir tahun 1990-an.
Meski demikian, ia mengaku tradisi pengiriman bunga, bunga yang sebenarnya, sudah sejak lama ada di kota medan. Jasa pelayanan bunga muncul karena pengaruh kebiasaan orang eropa pada awal abad ke-20. Ketika itu medan dipenuhi orang-orang eropa yang berinvestasi dan bekerja di berbagai perkebunan. Kebiasaan memberi bunga di tempat asalnya tetap dilakukan ketika mereka berada di medan.Semula usaha jasa pembuatan dan pengiriman karangan bunga ini ditangani langsung oleh orang eropa. Dalam perkembangannya, menurut peneliti johan hasselgren dalam buku batak toba di medan, perkembangan identitas etnoreligius batak toba di medan (1912-1965), usaha ini mulai dikerjakan oleh warga setempat ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1930.
Ichwan mengatakan, jasa karangan bunga itu terus berlangsung cukup lama. Sampai tahun 1980-an, toko bunga ditemukan di beberapa tempat. Akan tetapi, belakangan, usaha ini mulai surut karena kalah dengan industri papan bunga yang terbuat dari kain itu.
cetak.kompas.com